.

Minggu, 27 November 2011

Budaya



BISAKAH ANAK BEBASKAN ORANAG TUA DINERAKA.

Setidaknya inilah yang hendak diungkapkan oleh Ki Enthus Susmono dalam dakwahya melalui media wayang. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa Prabu Pandu Dewayana melakukan kesalahan ketika hidup di dunia, sebagai balasannya ia dan istrinya dimasukkan di Kawah Candradimuka (Nerakanya jagad Pewayangan).
Bratasena selaku Panengah Pandawa tidak tahan membayangkan siksaan yang dialami kedua orangtuanya tersebut. Maka ia segera cancut taliwanda meninggalkan kasatriyan Jodipati meninggalkan sanak keluarga yang dicintainya, bertapa brata dan madeg jadi Pandita di Sumur Jalatunda dengan julukan Begawan Bima Madendha.
Inilah bentuk keprihatinan seorang anak terhadap derita orangtuanya sehingga ia meninggalkan kenikmatan dunia (uzlah) dan mentasarufkan segala yang ia miliki – tenaga, pikiran harta maupun waktu untuk kepentingan sesama ( amanuu wa ‘amilus shoolihat).
Namun aksi putra kedua Pandu dengan Dewi Kunti ini menimbulkan kegemparan di Suralaya sehingga ia dihukum para Dewa  dengan tuduhan membuat ontran-ontran dan menyaingi kekuasaan para Dewa.
Dengan kekuasaan Yang Maha Kuasa ia tidak merasakan panasnya api Kawah Candradimuka, bahkan ia merasa gembira karena bisa bertemu dengan Pandu ayahnya dan Ibu tirinya Dewi Madrim.
Ternyata dengan dimasukkannya Bratasena ke Kawah Candradimuka telah menimbulkan perlawanan dari pihak-pihak yang tidak menerima karena menganggap Dewa sewenang-wenang menjatuhkan hukuman kepada orang yang tidak bersalah. Demo dan pemberontakan terjadi  di mana-mana, akhirnya para Dewa kewalahan dan akhirnya Bathara Guru mengadakan negosiasi dengan Bima untuk memadamkan pemberontakan. Bratasena setuju dengan syarat Pandu dan istrinya harus dikeluarkan dari Kawah Candradimuka dan dimasukkan ke Swargaloka. Karena tidak ada opsi lain maka Dewa menyetujui dan bebaslah Pandu dan Dewi Madrim dari siksa Neraka.
Walaupun dimodifikasi dengan lakon pewayangan, setidaknya inilah yang hendak disampaikan  para dalang dengan lakon carangan dalam  menerjemahkan ajaran agama kepada masyakat Jawa yang masih berpegang teguh dengan akar budayanya.
Jika telah mati anak Adam maka putuslah segala amal perbuatanya kecuali tiga hal. Shodaqoh jariah, Ilmu yang bermanfaat, dan Anak sholeh yang mendoakan orangtuanya.....(Al Hadits)